Sportkita: startup e-commerce yang didirikan oleh mantan atlet kempo nasional

Sportkita-thumb

Selain HUT SBY yang ke-65, kemarin tanggal 9 September 2014 juga bertepatan dengan “Hari Olahraga Nasional”. Mumpung masih suasana “Hari Olahraga Nasional”, pada edisi kali ini kami akan membahas Sportkita sebagai e-commerce yang khusus menjual produk olahraga. Bagaimanakah kiprah startup yang tercatat sebagai salah satu anggota Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA — Indonesian E-Commerce Association) ini?



Diresmikan pada tanggal 24 Mei 2014, Sportkita merupakan startup berupa e-commerce yang khusus menjual berbagai macam produk olahraga yaitu sepatu, pakaian, aksesoris, peralatan dan perlengkapan, serta suplemen. Sportkita mengklaim bahwa produk yang tersedia memiliki kualitas terbaik di bidangnya, terjamin keasliannya 100 persen, serta harga ekonomis dengan diskon hingga 45 persen. Sportkita sendiri membidik kelas menengah ke atas sebagai pangsa pasarnya.


Martio Nainggolan selaku founder mengungkapkan bahwa Sportkita baru menyediakan sekitar 500 produk yang bermitra dengan enam brand yaitu yaitu Nike, Adidas, Ultimate Nutrition, Oceanic, Cressi, dan Hawkeye Fightwear. Sportkita juga menyediakan layanan seperti pengiriman produk secara cepat. Khusus bagi konsumen yang melakukan pembelian produk Nike dan Adidas minimal pembelian diatas Rp 500.000, mereka akan mendapat keuntungan berupa gratis ongkos kirim ke seluruh Indonesia.


Disinggung mengenai kompetitor, Martio — yang juga mantan atlet nasional dan pelatih kempo pada SEA Games XXVII 2013 di Myanmar ini — membagi kompetitornya dalam dua kategori, yakni langsung dan tidak langsung. Ia menyebut Planetsports sebagai kompetitor langsung dan online megastore yang turut menawarkan produk-produk serupa antara lain Zalora, Lazada, Bhinneka, dan Blibli sebagai kompetitor tidak langsung. Tetapi, Sportkita memiliki strategi bisnis tersendiri dalam menghadapi para kompetitor tersebut.


Pertama: Sportkita menawarkan produk dengan harga yang lebih hemat dibandingkan dengan para kompetitor.


Kedua: Sportkita menawarkan produk yang lebih banyak dan lebih beragam untuk setiap brand dibandingkan dengan para kompetitor. Sebagai contoh, untuk dua brand besar seperti Nike dan Adidas, Sportkita telah memiliki lebih dari 450 produk.


Ketiga: Sportkita memiliki passion dan bidang spesifik yaitu olahraga — khususnya jika dibandingkan dengan online megastore tadi — karena background founder-nya adalah mantan atlet dan pelatih tingkat nasional pada salah satu olahraga. Dengan berbekal passion dan pengalaman di bidang olahraga tersebut, tentunya membuat Sportkita lebih mengerti akan kebutuhan konsumen olahraga serta memiliki pengetahuan akan produk olahraga yang lebih mendalam dan terperinci dibandingkan dengan para kompetitor. Hal ini juga yang menjadi salah satu kekuatan Sportkita yaitu menjadi penasehat produk agar konsumen bisa mendapatkan produk tepat sesuai kebutuhan.


Selama ini Sportkita menerapkan model bisnis B2C (Business to Consumer) dengan menawarkan produk secara langsung kepada konsumen melalui website tanpa adanya perantara. Sayangnya, Sportkita enggan menyebutkan nominal pendapatan dari penjualan produknya setelah beberapa bulan ini resmi beroperasi. Martio hanya memberikan bocoran dengan diplomatis, “Untuk angka pastinya belum dapat kami sebutkan, namun hasilnya cukup memuaskan. Selain itu, pertumbuhan pendapatannya juga cukup signifikan,” ujarnya. Hingga kini, Sportkita beroperasi menggunakan dana internal dan dana pribadi.


Martio mengungkap beberapa tantangan dalam menjalankan bisnis Sportkita antara lain kehadiran kompetitor yang sudah terlebih dahulu hadir dan sudah memiliki reputasi di mata konsumen. Selain itu maraknya penipuan yang terjadi dalam transaksi online juga berimbas kepada tingkat kepercayaan calon konsumen untuk bertransaksi di Sportkita. Secara internal Sportkita sering mengalami peristiwa untuk harus berulang kali meyakinkan calon konsumen bahwa Sportkita merupakan toko online terpercaya, hanya menyediakan produk asli, dan calon konsumen dijamin akan menerima produk yang dipesannya setelah melakukan pembayaran. Tantangan terakhir yang masih dirasakan Sportkita yaitu mengirimkan produk yang sesuai dengan ukuran tubuh — mengingat calon konsumen tidak bisa mencobanya terlebih dahulu — sehingga Sportkita harus melakukan konfirmasi ulang berkali-kali mengenai ukuran yang dipesan.


Selama tiga bulan beroperasi, Sportkita beroperasi di bawah naungan badan hukum PT Freezco Multi Pratama yang dikelola oleh tim berjumlah sembilan orang dengan komposisi lima karyawan full time, dua karyawan part time, dan dua freelancer.


Rencana kedepannya Sportkita akan terus menambah jumlah dan jenis produk, melipatgandakan brand yang ditawarkan agar konsumen memiliki banyak pilihan, dan menjadikan produk olahraga buatan dalam negeri sebagai salah satu prioritas agar lebih dikenal oleh masyarakat Indonesia. Dalam waktu dekat, Sportkita juga akan menawarkan layanan dalam bentuk khusus dengan menjual kursus-kursus olahraga seperti capoeira, diving, sepakbola, beladiri, dan lain sebagainya.




Apakah Anda tertarik untuk segera menikmati diskon hingga 45 persen yang ditawarkan Sportkita? Dan jika Anda menemukan e-commerce yang khusus menjual produk-produk olahraga lainnya, silahkan beritahu kami melalui kolom komentar di bawah ini, ya.


(Diedit oleh Bambang Kartika)







from Berita Teknologi | - Yahoo Indonesia News https://id.berita.yahoo.com/sportkita-startup-e-commerce-yang-didirikan-oleh-mantan-040329646.html

via IFTTT

Related Posts :

0 Response to "Sportkita: startup e-commerce yang didirikan oleh mantan atlet kempo nasional"

Post a Comment

wdcfawqafwef